5 Cara Keliru Saat Membantu Tunanetra Berjalan

PERTUNISULSEL.OR.ID - Adakah jika seorang tunanetra bermobilisasi di sebuah lingkungan, tidak mendapati momen interaksi dengan orang lain? Jawabannya kecil kemungkinan. Mengapa? Ya, karena sedikit banyaknya akan ada informasi yang dibutuhkan dari sesama pejalan kaki. Misalnya untuk menanyakan, "Apakah ada warung di sekitar sini?" atau "Blok E di sebelah mana, pak ya?"

Gambar Pemandangan Cakrawala Kota

Interaksi di jalan tidak hanya sebatas itu. Terkadang terdapat momen ketika kawan-kawan salah mengambil jalan, ada yang membantu mengarahkan. Tak ketinggalan orang-orang yang memang niat menuntun untuk sampai ke tempat tujuan. Maha suci Tuhan yang senantiasa menciptakan orang-orang baik di tengah ramainya suasana kota.

Kita mungkin sudah pernah menonton film yang melegenda, "Alangkah Lucunya Negeri Ini". Menceritakan tentang sosok Muluk, seorang sarjana yang sulit mendapatkan pekerjaan yang pada akhirnya menolong anak-anak jalanan tapi dengan cara yang salah. Dirinya mengelola aktivitas keseharian mereka sebagai pencopet dan menggunakan hasilnya sebagai modal berdagang asongan.

Mungkin tidak sefatal yang dilakukan tokoh pada film tersebut. Namun kenyataannya tidak sedikit dari kita menggunakan cara yang kurang tepat jika membantu tunanetra di jalan. Lantas, apa saja cara-cara yang masih keliru saat membantu tunanetra di jalan? Mari simak pada poin-poin berikut!

1. Menggandeng Ujung Tongkat

Hal ini umum terjadi. Tatkala tunanetra berjalan dengan tongkatnya, ada yang tiba-tiba mengambil ujung tongkat bagian bawah lalu menjinjingnya sembari berjalan.

Cara ini sangat beresiko. Tongkat yang seharusnya digunakan untuk meraba sekitar, hanya menjadi media untuk berpegangan dengan penuntun. Beruntung jika penuntun sadar untuk menginformasikan hambatan seperti lubang di depan, tangga, atau selokan. Namun jika tidak atau lupa memberi informasi tersebut, pengguna tongkat akan terjun bebas di atas anak tangga atau lubang.

Maka dari itu, layaknya membiarkan tunanetra menggunakan tongkat untuk meraba sekitarnya. Jangan menutup akses mereka terhadap alat bantu yang mereka gunakan.

2. Menggiring dari Belakang

Ya, tahu kan? Biasanya jika hendak melewati jalanan sempit. Seseorang membantu tunanetra dengan cara menuntunnya dari belakang sembari memegangi pundak atau pinggangnya. Cara ini jelas keliru, karena dapat membuat tunanetra menjadi bingung. Mereka jadi tidak luwes dalam bergerak.

Resikonya, akan membahayakan jika terdapat sesuatu di depan. Mungkin semacam portal, tiang, atau kendaraan yang terparkir. Salah sedikit, tunanetra bisa menabraknya. Jadi, perlu dicermati bahwa menuntun tunanetra dari belakang adalah tindakan yang berbahaya.

3. Menggandeng Tangan

Cara ini sebenarnya sah-sah saja untuk lingkungan yang sudah dikenali oleh tunanetra. Namun, sedikit berbahaya jika terdapat lubang atau anak tangga.

Tak jarang ketika membantu tunanetra, penuntun akan meraih tangan atau lengan mereka sembari berjalan di sampingnya. Semestinya tidak demikian. Ini akan membuat tunanetra kesulitan mengukur posisi anak tangga atau lebar lubang. Karena tak sedikit penuntun akan menggenggam kuat-kuat tangan atau lengan tunanetra tersebut.

4. Salah Menyampaikan Arah

Biasanya di tempat ramai seperti koridor atau gang. Ketika berpapasan, penuntun akan menginformasikan arah yang berlawanan dari posisi tunanetra.

Misalnya seorang tunanetra datang dari arah selatan dan berpapasan dengan pejalan kaki dari arah utara. Terdapat parit di sebelah kiri tunanetra berjalan, sementara ada tong sampa 1 meter di hadapannya. Pejalan kaki akan menginstruksikan untuk mengambil arah kiri dari posisi ia berdiri.

Tunanetra bisa terjun bebas ke dalam parit jika menuruti arah tersebut. Padahal, arah yang seharusnya diinstruksikan ialah arah berdasarkan posisi tunanetra, bukan posisi penuntun. Kejadian ini sudah menjadi pengalaman banyak teman-teman tunanetra saat bermobilisasi di jalan atau keramaian.

5. Tidak Informatif

Kekeliruan kelima adalah tidak informatif kepada yang dituntun. Misalnya memberi peringatan akan rintangan di depan, "Awas, ambil kiri!" atau "Melangkah, ya!"

Dalam hati tunanetra mungkin bergumam, "Saya kan sudah melangkah dari tadi?" 🤣

Ya, sebaiknya disampaikan rintangan apa yang terdapat di depan. Kita bisa mengatakan bahwa di depan ada lubang, tangga, portal dan semacamnya. Deskripsi juga diperlukan seperti lebar lubang, jumlah anak tangga dan tinggi portal. Hal tersebut dapat membantu tunanetra dalam melewatinya.

Itulah dia 5 Cara Keliru Saat Membantu Tunanetra Berjalan. Lantas, cara seperti apa yang seharusnya?

Catatan utama dari tulisan ini adalah, jangan membatasi akses tunanetra dalam meraba sekitarnya. Walau pun kita menuntun mereka, namun tetap memberikan keluwesan dalam bergerak. Dalam kaidah pendampingan tunanetra, dijelaskan bahwa cara menuntun tunanetra yang tepat ialah dengan membiarkan mereka menggandeng kita. Bukan kita yang menggandengnya.

Pertama, tepuk punggung tangannya dengan punggung tangan kita

Ketika hendak membantu tunanetra, ada baiknya jika kita menyapa dan menanyakan tujuannya. Lalu menawarkan bantuan. Nah, sembari kita menyapa dan menanyakan tujuan, kita bisa menepuk punggung tangannya dengan punggung tangan kita. Lantas mereka akan mengerti dan meraih lengan kita.

2. Biarkan tunanetra yang menggandeng lengan atau pundak kita

Idealnya, tunanetra akan menggandeng pundak penuntun. Namun, sebagian dari mereka lebih nyaman jika memegang pundak saja. Hal itu sudah cukup. Dengan begitu, mereka akan mengikuti ke mana saja arah yang dilalui oleh penuntun. Pun mereka tetap bisa meraba sekitar menggunakan tongkat.

Oh ya. Tunanetra akan mengambil posisi agak menyamping di belakang kita. Ini supaya ketika berjalan tunanetra tidak menendang kaki penuntun dari belakang.

Dengan begitu, tunanetra akan memperhatikan pergerakan penuntun. Jika sedang menuruni anak tangga, tunanetra akan merespon pergerakan penuntun yang menurun. Namun, penuntun juga harus tetap informatif dalam mendeskripsikan rintangan di hadapannya.

3. Rileks, jangan kaku dan tetap informatif

Kebanyakan penuntun akan berhati-hati berjalan walau jalanan lengang. Ada juga yang memegang tangan tunanetra meski tunanetra telah menggandeng lengan atau pundaknya. Tetaplah tenang, dan percayalah jika tunanetra telah menggandeng maka mereka bersedia mengiringi.

Namun, tetaplah informatif dalam mendeskripsikan rintangan di depan. Jangan juga abai dengan keberadaan yang dituntun. Peringatkan jika terdapat lubang, anak tangga dan sebagainya. Detailkan gerakan yang harus dilakukan misalnya mengambil langkah panjang, lompat sedikit atau minggir ke belakang.

Sebenarnya ada banyak hal yang perlu diuraikan jika menyinggung persoalan etika pendampingan disabillitas, khususnya netra. Namun, tulisan ini bertujuan menjelaskan secara sederhana mengenai cara yang tepat jika menuntun seorang tunanetra berjalan. Setidaknya menghindari 5 kekeliruan di atas dapat membantu banyak.

Demikianlah 5 Cara Keliru Saat Membantu Tunanetra Berjalan. Semoga di luar sana senantiasa dilengkapi dengan keberadaan orang-orang baik yang bersedia mewujudkan lingkungan yang kondusif bagi seluruh kalangan. Salam inklusif ...!

Penulis: Ismail Naharuddin

1 comment for "5 Cara Keliru Saat Membantu Tunanetra Berjalan"